RSS

SMAN 1 TELLU LIMPOE, TEMPAT MENGGALI CITA, CITRA, & CINTA

Tulisan ini saya pesembahkan kepada guru-guruku dan teman-temannku. Oleh: Andika
Tiada masa paling indah, masa-masa di sekolah. Tiada kisah paling indah, kisah kasih di sekolah”. Sepenggal lirik lagu dari Obbie Mesakh ini merupakan lagu yang paling menyentuh perasaan. Lagu tersebut mengingatkan saya pada sebuah memori dan masa-masa yang indah di bangku sekolah. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian insan muda jagad raya ini merasakan masa-masanya yang paling indah adalah ketika berada di bangku sekolah. Kenangan demi kenangan terus terukir hingga di penghujung langkah. Bahkan waktu 3 tahun terasa 3 menit saja. Apalagi jika sekolah tersebut adalah sekolah idaman dan telah bersahabat dengn kita. Sebut saja SMAN 1 TELLU LIMPOE, sebuah sekolah yang paling bersahabat denganku, tempatku menimbah ilmu, berbagi bersama teman-teman hingga guru-guru yang ramah dan bahkan warga sekolah maupun kekasih hati yang senangtiasa setia dan tulus . Layaknya sebuah perahu yang menyeberangkaku di laut luas demi menggapai cita, citra, dan cintaku. Sekolah yang yang bertegger di sebuah desa Teppo, Kecamatan Tellu LimpoE, kabupaten Sidrap ini telah mengantarku menginjak dunia perkuliahan lewat program bebas tes di FKM UNHAS tahun 2006 yang lalu. Sejak berdirinya tahun 1992, sekolah ini telah berbagi jasa dan ilmu kepada ribuan anak didiknya. Menghapus jejak di sekolah ini tidaklah semudah Ariel Peterpan menghapus jejak oleh sebuah tetesan hujan pada kekasih hatinya atau segampang Resky & Andika the Taitans dalam mecari pengganti dan membuang semua cerita yang lalu lewat pantolannya ’Bila’. Disekolah ini telah tertanam sebuah pohon kenangan yang memiliki ranting-ranting kerinduan untuk terus mengenangnya. Betapa tidak, sekolah yang dulunya terkenal dengan kumuhnya hingga kini menjadi sekolah percontohan dengan bangunan-bangunan dan sistemnya yang kerap kali mebawa namanya naik daun. Salah satunya adalah pernah menjadi sekolah tersehat se-Sidrap dan sekolah terhijau se-Sulsel dan sempat mewakili Sulawesi Selatan untuk besanding dengan berbagai sekolah di Indonesia di tingkat nasional. Hal tersebut merupakan hasil dari semangat dan kerjasama warga sekolah, siswa, guru, dan tentunnya dengan kewibawaan dan skill tersendiri serta ide-ide cemerlang oleh sosok seorang kepala sekolahnya. Drs. Akmal, M.pd adalah sosok kepala sekolah yang dikagumi oleh siswa-siswinya, guru-guru, dan bahkan atasanya ini akan membawa sekolah ini berbasis Sekolah Mandiri. Dalam melaksanakan tugas birokrasinya, beliau di wakili oleh Drs.Suardin. Sebagai kepala sekolah beliau masih sempat mengajar dan termasuk salah satu guru favorit saya yang telah menaburiku benih-benih semangat, termasuk salah satunya adalah semangat untuk menulis karena beliau ahli di bidang tulis menulis dan bahakn telah menulis sebuah buku. Dengan prinsip OHT (Otak, Hati, & Tangan) yang terkenal ini membawah sebuah perubahan besar di sekolah yang memikat hati ini. Berlatar belakang sebagai master lingkungan hidup, sekolah yang dulunya gersang sekejap saja dalam kepemimpinannya disulap menjadi sekolah terhijau se-Sulsel. Ditambah lagi keberadaan sosok Pembina OSIS, Drs.H.Muh.Ilyas, terkenal dengan keramahannya dan ahli dalam mengurus berbagai kegiatan apalagi jika panel dengan wakilnya di bidang kesiswaan, Sainal, S.pd, membawa kemajuan dalam kegiatan-kegiatan exktrakurikuler. Termasuk salah satu oraganisasi favoritku saat itu adalah Saka Bhayangkara yang di pandu oleh Wahida, S.pd. Begitu juga dengan penerbitan Mading yang terbit setiap minggu yang dikawal langsung oleh guru bahasa Indonesia, Dra.Hasnawati. Tidak kalah pentingnya juga dalam bidang akademik, seorang guru jebolan mengajar di Negeri Sakura, Jepang, Ali Upri,S.pd, membawa perubahan dalam bidang bahasa Inggris. Kini pun tidak ketinggalan dalam dunia teknologi komputer dan internet di bawah asuhan Syarifuddin, S.pd dan yang ahli dalam bidang tersebut. Semua itu kini menjadi sebuah kerinduan dan hanya bisa terlintas dalam khayalan.
Memang sekolah ini adalah tempat menggali Cita, Citra, dan Cinta. Begitu banyak kenangan yang tidak bisa terhapus. Berat rasanya untuk meninggalkannya. Saya hanya bisa mempersembahkan tulisan ini untuk guru-guruku yang tercinta sebagai ucapan terima kasih atas jasa-jasanya yang mulia. Terima kasih buat kepala sekolahku, Drs.Akmal,M.pd yang telah memberikan motivasi. Buat wakil kepala sekolahku, Drs.Suardin dan pembina OSISku Drs.H.Muh.Ilyas Yunus yang telah membantuku dalam berbagai urusan administrasi, termasuk beasiswa. Tidak lupa buat guru bahasa Inggrisku, Ali Upri,S.pd, yang telah mencetakku untuk tahu sedikit tentang bahasa inggris, guru bahasa Indonesiaku, Sukma, Spd danDra.Hasnawati yang telah menimbahkan benih-benih tulis-menulis yang berawal dari Mading Sekolah hingga karya tulis. Pembina SISPALAKU, Siswadi, S.pd.I dan Pembina SAKA BHAYANGKARAKU,Wahida, S.pd, yang telah menanamkan dasar kepemimpinan pada diriku. Guru matematikaku, Herman Bade, S.pd, dan Nasaruddi n, S.pd, yang memotivasi dalam melanjutkan pendidikanku ke bangku kuliah. Guru kimiaku, Dra.mursyida, Sunarti, Spd dan Syarifuddin, S.pd yang sekaligus pembimbing komputer. Guru biologku, Sainal, S.pd yang penuh canda dan tawa serta bersahabat dengan siswa-siswa. Tidak lupa juga buat guru Sosiologiku, Dra.Karnaini dan wali kelasku, Drs.Ir. Syamsi. Guru ekonomiku, Drs.Hamid, yang nasehatnya membuatku ingat akan kebaikan. Guru sejarahku, Drs. Nurdin, dan guru-gurk yang lain, Wahyu, Spd, Hikmah, S.pd, Dra.Hj.Hadrah, Dra.Asia, Sabili, S.pd, Drs.Gunawan, Hapsa, S.pd, , Ariani, S.pd., M.pd dan semuaya tanpa terkecuali. Hanya ucapan terima kasih yang bisa saya berkan melalui tulisan. Semoga jasa-jasa dan ilmunya dapat mejad pembuka masa depan.
Tulisan ini juga saya persembahkan buat teman-temanku. Buat Sartina dan Munawir Syam yang telah jauh di sana di Tanah Abang yang menuntut cita-citanya. Buat teman-teman se-geng-ku, Surianto, Irwan, Davit, Patongai, Bahar, Kennu, Ali, Elfa, Yuliana, Nurlina, Nulang, Titin. Buat teman-temanku yang sempat melanjutkan pendidikan di bangku kuliah, Janwar, Ratna, M.Irwan, St.Paisah, Nurbaya, Mamma, Mariana, Taufik, Sulkarnain, Jeni, Asmiani 1 Dan Asmiani 2, Basri, Fitriani, Marwah, Eli Hamid, Nasra, Nur Isma, Muliani, Hasnawati, Sri, Selvi, A.Muliana, Dalle, Akbar, Tasri, Dahniar, Hastuti, Anugrah, Haslinda, Eka. Tidak lupa juga amrullah, kasman, jafar, chiwank, dan semua tema-temanku yang tidak sempat tertera namanya. Saya hanya bisa ucapkan selamat menempuh kehidupan yang penuh dengan liku-liku.
Tidak lupa juga buat keluargaku, papa dan mama tercinta, wajo-nani, serta saudara-saudariku, Kaharuddin, timung, wasni, nacang, darci, dan yogi
Inilah kisah perjalanan yang kutorehkan Ketika jarak yang terbentang jauh dan kata-kata semakin sulit terucap http://andika-wirawan.blogspot.com/

PEMANASAN GLOBAL AJANG PERSAINGAN KAPITALIS

Global Warming

Pemanasan Global (Global Warming) yang semakin marak di media akhir-akhir ini menjadi perhatian publik. Kondisi bumi semakin hari semakin tidak menentu ini layaknya sebuah ancaman yang tidak terduga kapan dan di mana akan meretas. Bencana alam kian menggetarkan jiwa dan raga membutuhkan kewaspadaan dini. Luapan air laut mengancam kehidupan pemukiman sekitar pantai semakin meningkat sekitar 10-20 cm per tahun. Suhu bumi semakin panas dan bertambah rata-rata 3,50C berdasarkan perkiraan para ahli emisi gas ’rumah kaca’ atmosfer. Ditambah pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat di setiap tahunnya akan menambah aktivitas manusia yang beraneka ragam pula. Paling tidak kegiatan mereka mendukung alam dan bahkan sebaliknya justru berdampak pada Global Warming (pemanasan Global) tanpa di sadarinya. Penggunaan alat elektornik seperti kulkas, AC, Farfum yang merupakan kebutuhan sehari-hari justru mengancam kehidupan kita di bumi. Kandungan karbondioksida (CO2), metana (H4), Nitrogen (N2O) dan lain-lain semakin meningkat akibat perbuatan manusia sendiri. Gas-gas tersebut memiliki sifat meneruskan radiasi gelombang pendek atau cahaya matahari, tetapi menyerap dan memantulkan radiasi gelombang panjang atau radiasi balik yang dipancarkan bumi bersifat panas sehingga meningkatkan suhu atmosfer bumi.

Konfrensi Bukan Solusi Mengatasi Global Warming

Konfrensi pertama kali diadakan oleh PBB tentang Lingkungan Hidup (Human Environmental) pada tahun 1972. Tahun 1992 di gelar konfrensi bumi Di Rio de Jainero. Dalam konfrensi ini ditandatangani konvensi PBB untuk ‘Perubahan Iklim’, United Nation Framework Convention Of Climate Change (UNFCCC) yang bertujuan menstabilkan gas rumah kaca di atmosfer. Desember 1997 di Kyoto, Protokol kyoto di tandatangani oleh 84 negara dan tetap terbuka untuk di tandatangani/ di akses sampai maret 1999 oleh negara-negara lain di markas besar PBB, New York. Protokol ini bekomitmen bagi 38 negara industri untuk memotong emisi Gas Rumah Kaca (GRK) antara tahun 2008 samapai 2012 menjadi 5,2 persen di bawah tingkat GRK tahun 1999. Tapi apa hasil dari semua kofrensi tersebut? Sama sekali tidak ada reaksi yang nyata akan mendukung program yang telah disepakati tersebut. Terutama dengan negara-negara maju yang masih membusungkan dada sebagai negara berkuasa yang hanya berpikir jangka pendek pada perkembagngan ekonomi demi pertahanan negaranya dari ancaman negarag lain. Konfrensi tidak berarti apa-apa, penggunaan emisi gas oleh negara maju justru meningkat.

Ajang Persaingan Negara Kapitalis

“Bumi ini cukup untuk menampung bermiliar-miliaran penduduk tetapi tidak akan cukup untuk satu orang yang serakah”. Sebuah kutipan dari Mahatma Gandhi ini memang menggambarkan keserakahan negara-negara maju. Kita lirik negara-negara berkembang yang nyata-nyata kontribusi sumbangan gas emisinya jauh lebih rendah tapi justru meratifikasi protocol kyoto tanpa banyak pertimbangan. Termasuk Indonesia sendiri yang telah menandatanganinya sejak desember 2004 lalu. Amerika serikat sendiri menarik dukungannya akibat pertumbuhan ekonominya akan terkurangi sekitar 60% di sektor industri. Bukankah itu hanya sebagai ajang persaingan ekonomi yang akan berdampak pada ancaman pemanasan bumi? Termasuk negara maju lainnya, Jepang, Australia Dan Rusia yang merupakan panghasil gas emisi terbesar tetapi kesadarannya akan hasil konfrensi itu tidak terlihat ada rekasi untuk meratifikasinya. Namun november 2004, Rusia berkecil hati meratifikasinya itu pun karena ada unsur yang menguntungkan tersendiri.

Desember 2007 lalu di Nusa Dua, Bali diadakan ‘Climate Change Confrence’ yang di hadiri oleh sekitar 180 negara atau sekitar sepuluh ribu orang.Namun keputusan dan kesepakatan semakin sulit tercipta karena pendapat-pendapat hanya berdasar pada ke-ego-an masing-masing negara. Bahkan hampir saja pembicaraan dalam konfrensi tersebut melenceng dari agenda. Perubahan iklim dalam pembahasan tersebut masih sempat menyinggung tentang perdagangan emisi yang hanya bisa dijalankan oleh negara-negara maju. Hal ini membuang-buang waktu dan biaya saja dan hasilnya cuma kepentingan negara-negara kapitalis. Amerika, Jepang, dan Austrlia awalnya tidak menunjukkan reaksi setuju akan keputusan pengurangan gas emisi tersebut, tapi karena desakan negara-negara lain akhirnya menyetujui meskipun kelihatan sekadar terpaksa. Keputusan tersebut tidak ada implikasi yang nyata dan hanya menagguhkan dengan adanya pertemuan lanjutan Word Ocean Confrence tahun 2009 mendatang di Sulawesi Utara, Minahasa. Sebuah prediksi, jika tekanan ekonomi akan dibawa-bawa dalam konfrensi tersebut maka hasilnya sama yaitu pertemuan lanjutan juga.

Inilah kisah perjalanan yang kutorehkan

Ketika jarak yang terbentang jauh

dan kata-kata semakin sulit terucap

http://andika-wirawan.blogspot.com

AMPARITA, KAMPUNG HALAMAN PENUH KENANGAN

S

ejauh mana pun kaki melangkah, bahkan ke seluruh penjuru dunia pun, tetap

pun kaki melangkah, bahkan ke seluruh penjuru dunia pun, tetap kampung halamanlah yang paling memberi kenangan dan kerinduan yang mendalam. Hidup jauh dari tanah kelahiran dan pisah dengan orang tua merupakan suatu beban dan menambah kerinduan, keinginan tuk mudik tak terhelakkan lagi. Amparita, begitulah namanya sebuah kampung yang tak jauh dari keramaian kota SIDRAP kecamatan Tellu Limpoe. Inilah tempat kelahiranku, tempat dimana pertama kali aku menghirup udara segarnya alam semesta yang penuh keajaiban tuhan ini. Tempatku bersandar dari masa kecil hingga beranjak remaja.Hingga kini, umurku yang 20 tahun setelah berulang tahun kemarin 7 Mei dan akan beranjak 21 tahun 7 Mei mendatang membuatku semakin gemar menulis apa yang telah berlalu, baik yang terlupakan maupun yang dilupakan. Apalagi yang menyangkut masalah memori dan kenagan yang teridah.

Kurang lebih 2 tahun meninggalkan kampung halaman hendak menuntut ilmu di negeri orang merupakan suatu perjuangan yang cukup menguras tenaga dan pikiran. Berstatus sebagai mahasiswa di FKM UNHAS merupakan suatu tanggung jawab yang telah diberikan oleh Tuhan melalui sekolahku tercinta, SMA Negeri 1 Tellu LimpoE lewat layanan Bebas Tes. Itulah suatu kebanggaan yang patut aku syukuri.

Berkumpul sama keluarga dan sanak saudara, bercanda dan tertawa serta gurauan merupakan suatu kerinduan berat, Amparita akan tetap dalam banakku dan menjadi harapan hidupku untuk tetap bersamanya dikala kesuksesan menjemputku. Amparita, jauh dari pusat kota seperti di makassar ini paling tidak masih tetap berkenang, pohon yang rindang menambah kesejukan dan ketentraman, masyarakatnya yang ramah dan saling tolong-menolong dan harmonis adalah cirri khasnya. Aku kangen padamu…. Tunggu Aku Yahhh.. aku mau mudik nih. Sampai jumpa..Hee…Hee…Hee..Keatahuan. curhat nih..! Dhik@

MAHASISWA PENCARI IJAZAH : DOSEN PENCARI PROYEK

T

ahun baru suasana baru, senyum tawa dan canda menyatu, sedih dan duka kian terusik. Melewati musim final bagi kalangan akademia kampus merupakan suatu perjuangan. Perjuangan mati-matian untuk mendapatkan apa yang diharapkan. Dan ijinkan saya untuk berkata bahwa perjuangan tersebut semata-mata hanya bertujuan untuk mencari nilai yang lebih tinggi, bukan untuk mencari ilmu yang kelak akan bermanfaat dalam kehidupan kita. Hal ini telah menjadi tradisi dan membudaya bagi sebagian besar kalangan mahasiswa.

Dalam mewujudkan perjuangannya tersebut maka cara dan langka-langkahnya pun juga bervariasi. Ada yang langsung jatuh cinta sama buku-buku tebal atau istilah trendnya sekarang adalah SKS (Sistem Kebut Semalam). Kutu buku tidak jaman lagi dan dianggap ketinggalan fashion. Cara lain yang popular juga adalah POS YANDU (Posisi Yang Du…du…Menentukan). Selain itu bermunculan juga yang menamakan dirinya TIM TAWAKAL ( Tiba Masa Tiba Wawasan Dan Akal) dan yang paling mujarat juga adalah yang dapat memanfaatkan situasi PDKT dengan cara apapun itu, tong kosong pun juga bisa, dan bila dosennya memiliki filter suara yang tidak bisa membedakan mana rekaman asli dan mana rekaman dadakan, maka munculah sosok baru yang siap tampil dalam audisi. Selain cara tersebut diatas, bermacam cara lainnya. Namun semua itu merupakan suatu usaha mendapatkan nilai rakitan dari dosen penanggung jawab mata kuliah.

R

akitan disini dalam artian sesuatu yang dibuat sesuai dengan pola yang ada. Jadi nilai rakitan adalah nilai yang dibuat oleh dosen dengan berpedoman pada lembar jawaban yang dikumpul setelah mid dan final semester. Lembar jawaban inilah yang menjadi tolak ukur dan menyeleksinya siapa yang akan menjadi pemenang audisinya. Tentunya yang paling tinggi nilai dan IP-nya adalah pemenangnya dan dianggap paling hebat dan seolah-olah ia adalah pahlawan baru yang berhasil merobohkan pertahanan musuh. Tapi apakah kita pernah berpikir dan bertanya bahwa mendapat gelar pahlawan tersebut apakah sudah sesuai dengan skill yang kita miliki?Apakah kita telah memilih cara perjuangan yang wajar atau tidak? Murni tidak ? berilmu tidak?

Namun hal tersebut tidak mendapat sedikitpun tempat di sel otak kita sebagai bahan renungan, utamanya oleh dosen-dosen kita, yang bagus rakitan nilainya adalah tetap pemenangnya, tidak mengenal mana rasa manis, pahit dan asem, tapi yang dicari adalah mana warna yang paling mencolok dan indah itu pulalah yang menjadi biangnya. Dari sini mungkin saja muncul rasa ketidakadilan. Bagaimana tidak, secara personal mungkin mahasiswa tertentu yang serajin-rajinnya sampai-sampai tak sedetikpun kuliahnya yang bolong hingga tugas sampai pada mid-finalnya yang cukup komplite dan murni jerih payahnya namun hasilnya harus error tertindas oleh mahasiswa pemburuh absensi yang sekilas membawah tong kosong yang nyaringnya beratus-ratus kali lipat. Dari sini muncullah ajang audisi pemilihan suara ternyaring dan terhebat se-universitas, se-fakultas hingga merebak ke lembaga-lembaga mahasiswa yang tidak disertai dengan aplikasi lanjutan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan bermanfaat, meskipun ada hanya sebatas ajang hura-hura orasi, demo yang berujung anarkis pula.

D

ibalik audisi ini, kita juga telah panda-pandainya memilih audisi mana yang akan kita ikuti. Suatu audisi yang paling marak dan membudaya juga bagi kita kalangan mahasiswa. Audisi ini terkenal dengan istilah pencari ilmu atau penacari ijazah. Tentunya pilihan pavorit adalah pencari ijazah. Karena kita memang diajar hanya sekedar untuk mencari nilai dan ijazah, bukan ilmu. Bagaimana tidak kalau dosen kita sendiri yang juga tengah mengikuti audisi baru. Audisi mengajar atau penggalang proyek yang seolah-olah lupa akan tugas utamanya sebagai dosen.

Hal ini berdasar pada realita yang ada. Dosen dalam kacamata tanggung jawab adalah menimbahkan ilmunya kepada insan akademia kampus. Tapi bagaimana hal itu bisa terjadi jika ada mangsa di luar sana yang lebih enak dan lezat untuk menambah gizi dompet agar lebih tebal. Untung kalau masih sempat bertatapan dengan mahasiswanya sesuai jadwal yang telah ditentukan yang durasinya hanya kurang lebih satu setengah jam saja. Tapi kalau jam itu selalu bolong dengan alasan ada tugas lain, hal itupun mendapat seruan tepuk tangan meriah oleh sebagian besar mahasiswa. Saat seperti inilah terkadang muncul jadwal baru yang dapat mengganggu jadwal mahsiswa lainnya. Atau paling tidak sebagi penggantinya adalah mengerjakan tugas diktat atau modul yang sekian tebalnya yang dibuatnya sendiri dan dijualnya dengan harga yang tidak bisa terjangkau oleh sebagian mahasiswa yang hanya bermodalkan tekad dan keberanian saja. Masih untung juga kalau mahasiswanya gemar membaca diktat. Dosen sendiri saja yang langsung membawakan materri kuliah di depan kelas belum tentu diktat itu akan tersentuh. Karena memang membaca, menulis, ataupun diskusi bukan budaya menarik di kalangan mahasiswa. Kalaupun ada palingan membaca komik novel dan sejenisnya. Budaya diskusi pun semakin kering dikalangan mahasiswa, kalupun itu hanya ada pada lembaga-lembaga mahasiswa. Itupun hanya secara kecil-kecilan dengan topic pun hanya berkisar tentang mencari kekurangan dan kelemahan suatu kebijakan instansi ataupun personal sebagai modal untuk tindak lanjut berupa aksi , demo atau orasi dalam menuntut sesuatu yang dianggapnya tidak wajar.

D

hik@PH06-UH

dapat diakses bersama tulisan-tulisan lainnya di situs online mozilla firefox

http://dhika.catatanku.com/

TAHUN BARU, HARAPAN & ANCAMAN BARU

s

elamat tahun baru 2008, "semoga hari ini lebih baik dari hari kemari dan hari esok lebih baik di hari esok”. Itulah kalimat yang sering terlontar antara kita di tahun baru dan suasana baru ini. Baik secara langsung maupun yang paling marak dengan melalui layanan SMS yang sekejab saja jari-jari menari di atas digit Hp hingga ucapan itu pun telah menjelajahi seisi dunia. Semua bersorak riang dan berpesta pora menyambut tahun baru ini. Kebahagiaan dilumpahkan dengan pesta kembang api dan petasan menggema seakan-akan meneriakkan ungkapan yang tak sempat terucap. Hari yang ditunggu-tunggu dan waktu yang dinanti-nantikan serta detik-detik yang dirindukan oleh insan jagad raya di tahun ini disambut dengan hati yang penuh semangat dan harapan . Keramaian kota pun semakin nampak ramai dengan berbagai kegiatan yang beraneka ragam pula. Angin menghunus dikegelapan malam dan hujan mengguyur dikedinginan malam tak terhiraukan. Seakan-akan dunia nyata telah jauh dalam pikiran dan disambut dengan dunia maya yang disertai dengan keceriaan dan harapan-harapan baru.

Perayaan ini tidak mengenal usia, golongan, dan status,. Tua-muda, anak-anak dewasa semuanya berbondong-bondong menyaksikan petasan yang menggetarkan naluri dan nadi serta seluruh pembuluh darah ini. Alunan musik yang semakin menambah maraknya suasana dengan iringan DJ yang membuat tubuh merinding dan tak tertahankan untuk menggerakkan seluruh badan mengikuti irama musik yang semakin menggebu-gebu. Sekejab saja susana menjadi gaduh dan bersorak-sorak tanda kebahagiaan yang meluap-luap. Detak jantung pun semakin cepat mengikuti dentaman detik-detik terakhir di pnghujung tahun ini. Waktu semakin beranjak, jarum pendek jam pun semakin tertutup oleh jarum pangjangnya. Hingga jam digitalpun menunjukkan angka 00:00, ucapan pun mulai terlontar”selamat tahun baru 2008”. Berakhir sudahlah tahun 2007 dan tibalah tahun 2008. Salaman pun mulai terucap “Happy New Year”.

Itulah sebuah ilustrasi yang menggambarkan sebuah perayaan tahun baru. Dimana kebahagian semakin memuncak dan harapan-harapan baru semakin bermunculan. Tentunya dengan harapan akan lebih baik dan mendapat amal dan rejeki dari-Nya.

Dibalik harapan dan kebahagiaan itu akan tiba-tiba saj menjad sebuah ancaman dan kesedihan baru. Bagaimana tidak, situasi tahun baru ini juga selain memunculkan suasana yang membahagiakan sebaliknya pula alam telah memberika ujian kepada umat manusia dan segala penghuninya. Hantaman bencana alam yang tidak terduga kapan dan dimana datangnya semakin menjadi momok yang harus mendapatkan perhatiann dan kewaspadaan.

Banjir dan tanah longsor meratakan petakan tempat bersandar manusia tidak lain dan tidak bukan adalah ulah manusia sendiri yang lihai memanfaatkan situasi untuk meraup keuntungan tanpa mengindahkan resiko yang akan ditimbulkannya. Serakus-rakusnya manusia terhadap alam menajadikan alam semakin mengancam kehidupan manusia. Ulah manusia yang semakin hari-semakin lupa diri dan bertindak sekehendak hati akan menjadi alasan bagi alam dalam menampakan keperkasaannya. Dimana-mana terjadi bencana mengerikan. Mula dari gempa, luapan lumpur, banjir, putting beliung hingga bada guntur yang seolah-olah meneriakkan bahwa alam semakin menderita dan terkuras oleh tindakan sewenang-wenang manusia.

Tahun baru ini membawa harapan baru namun tak terlepas dari ancaman baru.. Mudah-mudahan keserakahan manusia akan terkubur di tahun 2007 hingga tahun 2008 ini akan membawa kecerahan alam, manusia, dan segala isinya.

MENULIS : SEBUAH BUDAYA YANG TERABAIKAN

Menulis….!”.” Ah…, Malas…..Cape lagi…!” Seperti itulah kira-kira ungkapan yang akan terlontar oleh kita saat mendengar kutipan kata yang bergaris bawah tersebut diatas. Yah, memang budaya menulis adalah job yang kini terabaikan dan terinjak-injak oleh budaya yang semakin canggih dan semakin serba bisa. Budaya yang dulunya marak oleh para pendahulu kita kini ditinggalkan dan terusik. Pantas saja kalau kita lihat tulisan-tulisan tangan ayah-ibu kita begitu indah dan tersusun rapi, karena budaya menulis mereka cukup baik dan memiliki kemampuan dalam mengeluarkan ide sambil menggoreskan pena kesayangannya. Coba kita lirik anak cucunenek moyang kita sekarang ini yang telah terlarut dalam perkembangan zaman. Menulis nama yang notabene satu kata saja di sertifikat mungkin pusing, apalagi jika menulis biodata sebagai salah satu syarat dalam melamar pekejaan, masih untung kalau bisa diketik computer tapi kalau tidak bisa, ujung-ujungnya yang bergerak adalah rupiah juga, mencari orang-orang yang memiliki skill dalam menulis. Lalu yang menjadi pertanyaan kita adalah apakah yang kita lakukan selama ini. Berpuluh-puluh tahun kita mengecap dunia pendidikan tapi sungguh sangat ironis ketika kita dihadapakan pada kodisi diatas. Bagi masyarakat awam mungkin budaya ini masih dalam kewajaran bila terabaikan tapi bagaimana jika hal ini juga terjadi pada calon-calon intelektual, dengan bangga mengaku civitas kampus, tapi memiliki status pendengar setia. Bila kita melontarkan pertanyaan seperti ini ”Berapa lembar catatan kuliahmu tadi pagi?”. Barangkali ada yang tidak bisa menjawabnya lantaran modalnya sendiri untuk datang ke kampus adalah pakain yang ala necis, farpum, sisir, lipstick, dan dompet yang harus tebal. Bahkan sebatang pena dan selembar kertas pun terasa lebih sulit untuk dikantongi daripada sebungkus class mild dan selembar tissu. Perkembangan teknologi yang semakin cepat pada saat ini tidak akan merubah job ini semakin digemari. Dengan bantuan computer, internet dan segala macamnya saja untuk membuat sebuah paragrap tentang hidup kita masih terasa sesulit memecahkan batu gunung. Tiap hari kita dihadapkan pada perkuliahan dengan bantuan powert point, makalah tapi membuat selembar catatan kuliah pun masih pakai keringat layaknya pelari seratus meter. Lalu bagaimana membuat skripsi yang merupakan tugas akhir atau bahkan, tesis, dan disertasi? Apakah hal ini tidak akan melahirkan skripsi-skripsi rakitan yang mencetak sarjana-sarjana rakitan menjadi pejabat-pejabat rakitan? Kepada siapakah kita harus bertanya? Apakah Guru bahasa indosesia SD kita ,SMP, SMA ataukah dosen pembimbing kita? Tapi sebelum tanya mereka,tanyalah diri masing-masing. Tak dapat dipungkiri bahwa budaya kita sekarang itu adalah budaya yang semakin konsumtif yang kelebihannya hanya bisa memakai, memakan, dan menghabiskan. Tidakkah kita bertanya bahwa siapa yang memproduksi semua itu? Dan jika telah mengetahui jawabanya, bisakah kita jawab lagi bahwa apakah saya bisa melakukannya?. Tiap hari mungkin kita dengar dan baca berita dari berbagai media, baik itu visual maupun audio-visual danyang selalu kita pertanyakan berita apa yang menarik hari ini? Kita tidak pernah pertanyakan bahwa siapa yang meliput sehingga berita itu menarik dan bagaimana dia melakukannya? Itu artinya kita senangnya mengkonsumsi saja.

Aku anak Kuliahan Lho...!

Salam jumpa kembali sahabat catatanku, pencinta "kata" di Media Insan Masa Kini. Kali ini saya akan bercerita tentang kondisi pekuliahanku sekarang. Meskipun saya masih semester III di FKM UNHAS Sulawesi Selatan, salah satu perguruan tinggi terbesar di indonesia timur, Bede....Gt.!!

Sahabat catatanku yang pade cakep2....! Hari ini aq baru punya waktu lagi tuk meluangkan keluh kesahku selama ini, khususnya kondisi perkuliahanq. Saat ini aq semakin sibuk mengerjakan tugas dari dosen yang seakan-akan adalah raja yang patut di hormati dan di junjung tinggi. Meskipun demikian, tapi itu adalah tanggung jawab antara mahasiswa dan dosen. So.., Yah Enjoy aja kali yahh...tapi harus penuh dengan ihklas lho., karena keihklasanlah yang patut dan memeiliki makna yang lebih mulia dari segalanya.

Sekedar informasi yah, aq tuh orangnya fasif dalam bebicara, tapi soal tulis menulis, bolehlah dibilang. Dalam perkuliahan tuh aq dikalah cerewet sama teman2q, jadi aq merasa tidak bisa menguasai kondisi seperti itu, Aq tidak suka orang yang yang ASBUN alias Asal Bunyi lho. Aq biasanya baru bicara bila pendapatq itu meyakinkan dan tentunya tidak ada ASBUNnya lho..! Sahabatku, pantas tidak tindakanku itu..???

Sahabat catatanku....., boleh aq mengeluh lagi kan? Tapi tolong beri solusi yah...! Saat ini udah mulai musim Final Test Lho., tapi yang menjadi masalah adalah persiapan masih kurang karena kegiatan juga agak banyak, tapi jujur saja memang masih ada unsur MALASnya BOO.... jadi aq harus gimana sahabat????

Ehh.. uadah bayak keluhan nih nih.. sampai jumpa lagi yahh...!!!

Ingat , tetap semagat yah.....! dan teruslah menulis karena "Kata Adalah Senjata" Bye..Bye....

Akhirnya........! Aq NgeBlog juga nih........!

Hai... selamat datang di blog awalku ini. Hari ini tercatat pada dunia bahwa hari ini merupakan hari yang penuh semangat dan motivasi dengan terbitnya blog ini. berawal dari membaca sekian banyaknya blog di website, disertai dengan keberanian dan iseng-iseng, akhiranya usai sudah hayalan-hayalanku yang pengen dngeblog. dan kini tibalah masanya untuk mengeluarkan segala uneg-unegku dan segala macamnya di media ini.

Terimah kasih saya ucapakn atas kunjungannya, semoga kita tetap dalam kondisi lindungan yang maha kuasa. Nantikan tulisan selanjutnya

See you next time........!!!!!