PRA ( Participatory Rapid Appraisal ) Adalah sebuah Tim Penelitian yang terdiri dari anggota dengan latarbelakang yang berbeda-beda. Penelitian yang bersifat kualitatif ini membutuhkan suatu partisipasi yang cukup dari setiap anggota maupun pada respondennya.
Sekedar berbagi pengalaman dengan Pelatihan PRA KESPRO MAHASISWA yang pernah saya ikuti dari tanggal 1-3 Maret 2008 baru-baru ini di Balai Pelatihan Kesehatan (BAPELKES) Antang yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Epidemiologi (HIMAPID) FKM Unhas yang kerja sama dengan Jaringan Epidemiologi Nasional (JEN) dan Ford Foundatipon (ff). Penelitian ini tidak jauh beda dengan penelitian Statistik yang selalu dipakai pada kebanyakan mahasiswa pada umumnya. Hanya saja penelitiannya bersifat kualitatif atau data kategori dan bersistem cepat. Penelitian ini juga butuh partisipasi dari responden utamanya dalam hal kesiapan dan kejujuran dalam memberi respon kepad interviewer.
Berawal dari transfer teknologi terbukti tidak mampu menyelesaikan masalah di dunia ketiga pada tahun1970-an dan juga mulai dimengerti betapa rumitnya hubungan antara lingkungan ekonomi, budaya, dan politik dalam masyarakat suatu daerah sehingga dari RRA (Rapid Rural Appraisal) itu sendiri dekembangkanlah PRA ini pada akhir tahun 70-an dan awal tahun 80-an.
Cara belajar ini berguna untuk menilai kebutuhan, mempelajari kemungkinan-kemungkinan yang ada serta mencari tahu prioritas dari suatu kegitan dengan membutuhkan sikap partisipatif, saling menghormti dan menghargai antara kelompok, sabar dan tidak buru-buru, rendah hati serta saling berbagi pengetahuan antara sesama anggota kelompok seperti yang dipaparkan oleh Prof. dr. Charles Surjadi, MPH., Ph.D yang didampingi oleh rekannya Dr. Regina dan Vita yang juga sebagai tim pemateri utama dalam pelatihan tersebut.
Saat mengikuti penelitihan ini, Saya sedikit ragu bisa menghasilkan data yang valid, khusunya kalau di sulawesi selatan ini. Karena penelitian PRA ini butuh responden yang mau terbuka dan mengatakannya dengan jujur, sementara warga Sul-Sel itukan paling jarang ditemulkan orang yang mau terbuka apalagi menyangkut hal-hal yang sangat spesifik seperti masalah kesehatan reproduksi. Lebih-lebih kalau menyangkut masalah seks bebas pranikah karena memang itulah yang menjadi sasaran PRA ini. Mereka pasti takut ketahuan oleh khalayak umum apalagi kelurganya sehingga memungkinkan untuk lebih memilih tutup mulut dari pada cerita panjang lebar. Tapi setelah hal itu saya tanyakan pada pemateri saat itu, Erlina DF, salah satu mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata (UNIKA) yang tergabung dalam PRA KESPRO UNIKA yang juga sebagai tamu presenter dalam kegiatan tersebut. Beliau menuturkan kalau dalam mengahapi hal seperti itu memang sebagai seorang interviewer harus punya trik dalam menaklukkan respondennya demi mendapatkan data yang mendalam.
Menurut hemat saya, PRA ini memang bagus diterapkan dan terus dikembangkan dimana ini dapat menjadi sumber dalam meningkatkan pengetahuan kita tentang masalah kesehatan reproduksi khususnyan bagi mahasiswa di Makassar ini sebagai
http://andika-wirawan.blogspot.com
Email : an_dhyk@yahoo.com
andikawirawan@gmail.com
0 komentar:
Post a Comment