Akhirnya PBL II selesai juga…. Lelah tapi lumayan mengesankan. 14 hari adalah waktu yang singkat untuk memahami hitam putihnya sebuah kehidupan yang jauh dari sentuhan teknologi dan pusat perkotaan. Survive dalam bidang ekonomi dan financial adalah perjuangan hidup yang butuh kesabaran dan ketabahan. Ketekunan dan keuletan dalam kerja keras mungkin adalah pembuka pintu kemakmuran tersendiri. Berusaha bangkit dari keterpurukan adalah gaya hidup menuju kesuksesan. Itulah warga Pappaka, yang tidak jauh dari lupuk mata kita yang patut kita teladani. Bangkit dari segala kekurangan adalah hal yang patut kita cermini tetapi justru bahan tertwaan kita. Segala keterbatasan fasilitas adalah senjata meraih kecerahan hidup masa depan namun boomerang bagi kehidupan kita. Pagi berkalang tanah, berharap sesuap nasi tuk keluarga tercinta adalah amanah yang patut di junjung tinggi. Terik matahari adalah lambang semangat kebangkitan mereka tetapi jerit tangis bagi kita. Senja kelabu tidak mengubah image kegirangan mereka. Justru itu adalah hiasan malam pestapora mereka. Keheningan malam tidak mengurungkan keramaian hati mereka. Ketulusan dan kelembutan hati mereka adalah wujud kepedulian mereka yang justru jadi keangkuhan kita.
Pappaka…. Bukanlah kedukaan kita….. tapi ia adalah semangat kita….semangat baru kita….semangat bukan sesaat…tetapi semangat karena mereka sanggup melewati perihnya sandaran kehidupan di bawah onggokan daun nifa yang mulai usang oleh terjangan terik simbol kejayaan mereka. Kehidupan mereka tiada bedanya dengan kehidupan semua umat manusia. Mereka butuh kehidupan yang megah dan cerah. Namun keterbatasan mereka bukanlah penumbang semangat mereka. Mereka meniti hidup dari titik kelemahannya hingga kesabaran dan ketabahan yang menyelimuti diri mereka. Empang adalah sumber penghasilan sehari-hari mereka, sekali panen cukup untuk menghidupi sanak keluarga mereka,,,, namun gagal panen bukanlah hal yang jarang terjadi, apalagi musim hujan adalah tantangan mereka untuk terus berjuang mempertahankan sepetak empangnya dari terpaan banjir yang sering membawa seisi empang mereka ke arus banjir yang tidak tentu kapan datang dan perginya.
Pappak Tak Lekang oleh waktu, di pagi hari adalah kejayaan mereka untuk terus berjuang di bawah terik matahari. Siang bukan berarti mereka kalah akan panas terik yang mengucurkan beribu-ribu ion tubuh mereka. Sore pun bukan berarti mereka harus usai dari desakan pekerjaan yang tak kunjung selesai. Hingga malam tiba….., berkumpul sama keluarga adalah hal yang paling utama. Senyum mereka pun mulai kelihatan menikmati hasil jerih payah tadi pagi. Maka tertidurlah mereka dnegan lelap tanpa beban pikiran apa pun. Indahnya kehidupan mereka. Bukannya seperti konglomerat yang masih pusing memikirkan milyaran rupiah untuk kemarin esok dan seterusnya yang sampai-sampai mata mereka tak terlelap.
0 komentar:
Post a Comment